Cara Mengatasi Problem Seks Bagi Wanita Karier
Aktifitas seks bagi wanita karier yang sudah menikah biasanya sering terlupakan di tengah kesibukan. Bergulat dengan urusan kantor membuat tubuh lelah dan niat melakukan hubungan intim otomatis berkurang.
Mengatur waktu yang pas sangat diharapkan agar tak timbul konflik dengan suami, apalagi bila sang suami punya banyak waktu luang. Jika tak pandai memilah semua itu, rumah tangga bisa berantakan.
Beberapa masalah seks di rumah yang muncul bila Anda berprofesi sebagai wanita karier:
1. Aktifitas seksual membutuhkan waktu dan tenaga. Dengan terkurasnya stamina usai bekerja, gairah seksual menurun karena kelelahan. Akan timbul masalah bila suami tak memahami hal itu, apalagi bila Anda langsung tidur usai bekerja.
2. Ada peluang berselingkuh di kantor karena punya waktu lebih bersama rekan-rekan sejawat. Hubungan yang intens bisa saja melibatkan emosi serta berakhir dengan asmara. Jika ini sampai terjadi, suami di rumah semakin terlupakan.
3. Kelelahan sering terkait dengan masalah kesuburan.
Cara mengatasinya:
1. Upayakan untuk beristirahat yang cukup dan menjauhi hal-hal atau aktifitas yang tak perlu.
2. Segera pulang sehabis kerja bila tak ada aktifitas yang sangat penting.
3. Pilih makanan yang mengandung gizi dan berkualitas bagi tubuh. Jika perlu konsultasikan dengan dokter
4. Jangan lupa menelepon suami secara rutin dan memupuk cinta Anda agar tak terpeleset asmara dengan rekan kantor
Dapat di simpulkan
Problem Seksual Kebanyakan Perempuan
Sering ganti celana dalam setiap harinya, petanda keputihan abnormal.
KOMPAS.com — Masalah seksual selalu saja dikaitkan dengan stigma. Alhasil, banyak orang tidak memiliki pengetahuan yang tepat seputar masalah seksualitas, terutama yang didapat dari berdiskusi dengan profesional yang memahami kesehatan seksual. Tak mengherankan jika kemudian banyak masalah seksual dialami perempuan, terkesan sepele namun mengganggu, tetapi tidak menemukan solusi yang tepat dan menyeluruh.
Dokter yang memiliki perhatian khusus pada masalah kesehatan seksual, dr Nurlan Silitonga, MMed, mengatakan, banyak perempuan dewasa tidak mau berbicara soal keputihan. Banyak juga perempuan yang tak punya tempat bertanya untuk membicarakan masalah seksualnya.
"Meski informasi di internet terbuka bagi perempuan dalam memelajari masalah seksual, verifikasi dengan profesional juga dibutuhkan," kata dr Nurlan saat ditemui Kompas Female di klinik pelayanan kesehatan seksual Angsamerah, Blora, Menteng, Jakarta, Sabtu (15/1/2011).
Menurut dr Nurlan, masalah seksual yang paling banyak dialami perempuan, merujuk pada pelayanan di klinik Angsamerah, adalah keputihan dan pap smear.
Keputihan
Soal keputihan, misalnya, tak sedikit perempuan sungkan bertanya dan berdiskusi tentang masalah di area kelamin wanita ini. Informasi yang tepat mengenai keputihan tidak banyak didapat oleh kaum perempuan. Keluarnya cairan berlebih dari alat kelamin wanita atau keputihan ini menjadi masalah yang dihadapi sehari-hari, tetapi tak diketahui solusi tepatnya. Penyebabnya, masalah seputar area reproduksi dianggap tabu untuk dibicarakan.
"Akhirnya, karena tidak bisa bicara masalah keputihan, tidak bisa menanyakan obat yang tepat," kata dr Nurlan.
Dampak lain, di antaranya, banyak perempuan tidak mendapat informasi dengan baik mengenai apakah masalah yang dialaminya normal atau abnormal. Keputihan, misalnya, menjadi abnormal jika berbau, gatal, dan si perempuan tersebut harus ganti celana beberapa kali dalam sehari. Apalagi jika kemudian masalah keputihan ini mengganggu kehidupan seks, yang berdampak pada masalah hubungan berpasangan.
"Papsmear"
Pemeriksaan pap smear perlu dilakukan rutin satu tahun sekali bagi seseorang yang aktif secara seksual Namun, pemeriksaan bisa diulangi setiap dua tahun jika menurut hasil konsultasi dengan dokter tak ada masalah serius yang didapat dari organ reproduksi perempuan, khususnya di leher rahim.
Sayang, banyak perempuan belum memahami kebutuhan ini. Salah satu penyebabnya, banyak perempuan merasakan stigma ketika harus memeriksakan diri untuk pap smear. Inilah yang kemudian menyebabkan banyak perempuan, meskipun aktif secara seksual, tidak merasa nyaman memeriksakan diri.
"Dokter harus mengerti mengenai layanan yang merefleksikan pelayanan kesehatan yang baik, seperti memperlakukan klien dengan respek dari caranya berkomunikasi. Jadi, bukan sekadar memberikan obat," tutur dr Nurlan, menjelaskan kebutuhan akan tenaga medis yang ramah untuk mengatasi masalah seksualitas.
Dampak yang muncul dari berbagai masalah seksualitas ini adalah perempuan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Perempuan kurang bersih merawat diri jika contoh masalahnya seputar keputihan. Apa pun alasan yang kemudian membuat perempuan berada dalam posisi salah. Ini juga merupakan dampak minimnya edukasi seks untuk orang dewasa. Masalah muncul karena keengganan masyarakat berdiskusi soal seks, dibarengi tenaga medis yang tak ramah pasien.
"Seksualitas perlu dibangun dalam perspektif yang lebih positif. Seks itu seksi dan baik, bukan sesuatu yang negatif yang tak bisa dibicarakan," ujar dr Nurlan
|
|
---|
Monday, February 21, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment